
Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Allah SWT akan melipatgandakan semua amal kebaikan seseorang. Dalam kajian ramadhan di hari pertama Pondok Pesantren Darul Amanah Bedono, Kyai Ahmad Mustafidin, S.Pd.I., M.S.I menceritakan kisah kisah inspiratif kepada seluruh santri dan assatidz di Masjid Annur agar seluruh hadirin bisa mengambil hikmah yang ada.
Salah satu kebiasaan buruk manusia ialah suka membawa- bawa nama Allah untuk kepentingan dirinya. Seolah-olah apa yang ada dalam pikirannya selalu sesuai dengan yang Allah kehendaki. Padahal sejatinya kadang justru malah berkebalikan. Ujar Abi Ahmad Mustafidin.
Ada contoh tentang bagaimana Allah tersinggung bila ada hamba-Nya membawa-bawa nama Allah untuk kepentingan egonya. Salah satu contohnya, di sebutkan dalam Shahih Muslim.
Alkisah ada seorang lelaki yang merasa dirinya benar karena ibadahnya.
“Ada orang sedang bersujud. Sujud itu merupakan salah satu ibadah terbaik.”
Ketika orang ini sedang bersujud, ada seorang ahli maksiat yang menginjak kepalanya. Ketika ahli maksiat tersebut menginjak kepalanya, dia marah. Saking marahnya, dia bilang, “FawAllahi. Laa yaghfirulllahu laka. Demi Allah. Kamu tidak akan di ampuni Allah.”
Merespon kejadian itu, Allah memberi wahyu kepada seorang Nabi. “Beri tahu kepada si Fulan yang sedang sujud itu. Bilang padanya, bagaimana mungkin dia mengatasnamakan sifatku pada seorang hambaku.” Maksudnya dia membawa-bawa nama Allah karena kemarahan dalam dirinya sehingga seolah-olah Allah tidak mungkin mengampuni orang yang menginjak kepalanya.
“Beri tahu kepada si Fulan kalau Aku mengampuni orang yang menginjak kepalanya dan Aku tidak menerima sujudnya.”
Dalam hal ini, para ulama hadits sepakat kalau Allah tidak suka namanya di bawa -bawa oleh orang lain. Apalagi dalam kasus ini. Mana mungkin Allah yang memiliki sifat Ghafuur (dzat yang maha banyak mengampuni) kok tidak mengampuni dosa orang lain. Sedangkan si Fulan malah menuduh Allah tidak mungkin mengampuni. Ini suatu yang sembrono.
Betapa saat ini banyak orang yang marah entah karena apa lalu membawa-bawa nama Allah untuk menghakimi orang lain. yang biasa melakukan adalah kelompok ekstremis dan orang yang suka memvonis bid’ah. Jadi kita semua harus berhati-hati. Jangan gampang mengatasnamakan Allah untuk memenuhi ego kita. Maka, kita harus mengaji lagi agar tahu sesuatu yang benar dan yang salah.
Sebagai penutup, dalam kajian ramadhan ini Abi Ahmad Mustafidin menyampaikan pesan kepada seluruh santri beserta hadirin yang hadir dalam majlis tersebut. Abi Ahmad Mustafidin menyatakan bahwa janganlah kita menjustifikasi bahwa “orang yang ahli ibadah pasti Allah ampuni dosanya dan orang yang maksiat pasti Allah tidak akan mengampuni dosanya.” karena itu semua adalah ranahnya Allah dan bukan manusia yang menentukan. Sesunggunya Allah maha pengampun dan mengampuni siapa saja yang mau bertobat kepada-NYA sekalipun dia mempunyai dosa besar. Sebagaimana yang telah termaktub dalam Al-Qur’an surat Al Baqoroh ayat 284
فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.